Bahaya Kanker Usus Besar "Kolorektal"

Posted By admin on 5/31/2017 | 5/31/2017

kanker kolorektal
Kanker Kolorektal
Seputar Kita -- Dibanding kanker lainnya, kolorektal atau kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) dan rektum, masih jarang diperbincangkan dan mendapat perhatian cukup besar.

Setidaknya, sekitar 25 persen pasien kanker kolorektal baru terdiagnosa pada stadium lanjut saat kanker sudah menyebar ke organ lain. Hal ini mengkhawatirkan, karena pengobatan jadi lebih sulit, dan mahal, serta tingkat keberhasilan juga menurun.

Ungkapan itu disampaikan Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Profesor Aru Wisaksono Sudoyo pada pernyataan yang dirilisnya di Jakarta, pada Rabu (15/3).

Mengingat hal itu, Profesor Aru mendorong kesadaran akan kanker kolorektal, terutama pada Maret yang juga merupakan bulan kesadaran kanker kolorektal dan diperingati berbagai negara di dunia. Indonesia sendiri mulai mengikuti bulan kesadaran kolorektal ini sejak 2009.

Pada stadium awal, kanker kolorektal punya gejala wajar dijumpai sehingga jarang adanya deteksi dini. Pada tingkat ini, terdapat polip pada usus besar. Ukurannya kecil sehingga tidak terasa.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), kanker kolorektal adalah kasus kanker ke-tiga terbanyak di dunia setelah kanker paru dan kanker payudara.

Sementara, di Indonesia, kata Profesor Aru, kasus kanker kolorektal pada perempuan adalah terbanyak ke-tiga setelah kanker payudara dan kanker serviks. Sedangkan pada laki-laki, ia menempati urutan ke-dua setelah kanker paru, diikuti yang ke-tiga kanker prostat.

Profesor Aru menilai penting bagi Indonesia untuk mewaspadai kanker kolorektal, karena 30 persen penderita kanker ini berusia di bawah 40 tahun atau masih dalam usia produktif.

Di negara maju, hanya tiga persen dengan usia di atas 40 tahun. Ditambah data dari Global Burden of Cancer (Globocan), sebuah organisasi di bawah WHO, insiden kanker di Indonesia adalah 12,8 per 100 ribu penduduk usia dewasa dengan tingkat kematian 9,5 persen dari seluruh kasus kanker.

Bahaya kanker kolorektal 

Menurut Profesor Aru, 90-95 persen penyebab kanker dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup. Lainnya bisa disebabkan oleh faktor keturunan atau genetik. Dari gaya hidup, sekitar 30-35 persen dipengaruhi oleh makanan dan cara pengolahan makanan.

Secara lebih rinci, penyebab kanker kolorektal dapat disebabkan oleh radang kolon atau kokitis, kebiasaan makan daging merah berlebihan, kurang konsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, berat badan berlebih dan kebiasaan merokok. 

Negara berkembang lekat dengan budaya instan. Sebagai contoh konsumsi makanan cepat saji yang mengandung lemak tinggi. Profesor Aru mengatakan konsumsi makanan berlemak berlebihan tanpa diimbangi sayur bisa memicu radang kolon, dan lebih buruk lagi kanker kolorektal.

"Lemak berlebih memicu keluarnya asam empedu secara berlebih juga. Pencernaan akan melambat dan asam empedu bertahan cukup lama di usus,padahal asam ini bersifat iritatif," jelasnya.

Apabila sudah terdeteksi terkena kanker, jalan keluar yang bisa diambil yakni pembedahan sebagai terapi utama, kemoterapi atau radioterapi yakni penanganan untuk kasus kanker di daerah yang tidak bisa dijangkau dengan operasi.

Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Profesor Aru memberikan beberapa hal atau gejala yang perlu diperhatikan karena bisa saja hal-hal ini mengarah ke penyakit kanker. Hal-hal yang perlu diperhatikan di antaranya berat badan menurun secara tidak wajar, rasa cepat lelah yang hebat. Rasa lelah bisa karena anemia. Kemudian benjolan di tubuh yang tidak hilang, rasa nyeri yang tidak hilang, dan juga pendarahan di tempat dan waktu yang tidak wajar.

"Khusus untuk kanker kolorektal adalah perubahan pola pada kebiasaan buang air besar, tekstur feses. Juga feses disertai darah," tambahnya.

Gaya hidup sehat, aktif bergerak, makan makanan kaya serat, membatasi konsumsi daging merah dan menghindari alkohol, kata Profesor Aru, bisa dilakukan untuk mencegah potensi terkena kanker.

"Hidup sehat, gerak aktif, lalu makan kaya serat, kurangi daging merah, lalu tidak minum minuman beralkohol, kalau ini dilakukan makan 50 persen kemungkinan kanker bisa dicegah," pungkasnya.  (op/adm)
Blog, Updated at: 5/31/2017

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

loading...